Sabtu, 19 Maret 2011

SUPERMOON TERJADI MINGGU DINIHARI


Momen langka Supermoon segera hadir. Bagi Anda yang ingin menikmati hangatnya mandi cahaya bulan luangkan waktu untuk keluar rumah tepat Pukul 19.10 GMT atau Minggu (20/03) pukul 02.10 WIB nanti.

Bulan sungguh berada di titik terdekatnya dengan bumi (perigee). Sekitar sejam sebulannya adalah periode ketika bulan mencapai fase puncak purnama. Kombinasi seperti ini (perigee dan purnama) menghasilkan fenomena yang disebut supermoon dan hanya bisa terjadi 18 tahun sekali.

Disebut super karena bulan malam atau dini hari nanti akan terlihat tujuh persen lebih besar dibandingkan purnama biasa, “Atau 14 persen lebih gemuk dibanding purnama ketika bulan dalam posisi terjauh dengan bumi,” kata Thomas Djamaluddin, astronom dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Pendiri Komunitas Astronom Amatir Langit Selatan, Avivah Yamani, menambahkan, cahaya dari supermoon akan lebih terang 30 persen dari purnama biasanya. Kondisi itu memungkinkan pengamat menikmati permukaan bulan sekaligus Planet Saturnus yang berada di dekatnya. “Kawah bulan akan terlihat lebih jelas,” ujar lulusan Pascasarjana Astronomi Institut Teknologi Bandung, itu. Begitu melimpahnya cahaya bulan nanti, astronom dari Observatorium Bosscha, Evan Irawan Akbar, mengungkapkan, pengamatan menggunakan teleskop yang berdiameter terlalu besar hanya akan membuat mata silau. Dia menyarankan, teleskop berdiamater 10-20 cm, teropong, atau cukup mata telanjang jika langit cerah dan polusi cahaya minim. Itu sebabnya, Evan menambahkan, Bosscha tak berencana menggelar pengamatan massal atau pengamatan secara khusus. “Karena ini memang peristiwa biasa,” katanya. Bagi kalangan peramal astrologi, fenomena supermoon dipercaya sebagai pertanda munculnya bencana besar di bumi. Namun kalangan astronom membantahnya karena menganggap itu tidak pernah terbukti. Supermoon terakhir terjadi 8 Maret 1993 dan dikaitkan dengan badai besar di Amerika Utara pada 12-13 Maret. “Itu sama saja mengaitkan supermoon dengan gempa di Jepang seminggu lalu atau kecelakaan hari ini,” katanya. Satu-satunya dampaknya yang pasti adalah menguatnya efek pasang di laut dan rob. Namun selama ini juga tidak ada catatan kejadian luar biasa akibat kenaikan air laut itu. Hingga semalam, misalnya, gelagat itu belum tampak di pesisir utara Jakarta. Gelombang dan ketinggian air laut terlihat normal. “Masih seperti biasa,” kata Dedi, warga Ancol.|tempointeraktif|

Tidak ada komentar:

Posting Komentar