Minggu, 20 Juni 2010

Macan Asia di Afrika

Pemain Korea Selatan, Park Ji-sung (kanan) berebut bola dengan pemain Argentina. (AP Photo/Ivan Sekretarev)
Korea Utara Paksa Brasil Kerja Keras Untuk Menang

Ke Piala Dunia 2010, Asia mengirim empat wakilnya: Korea Selatan, Jepang, Korea Utara, dan Australia. Sebenarnya, hanya tiga negara pertama yang “benar-benar Asia.” Australia baru kali ini mewakili Konfederasi Sepakbola atau AFC. Socceroos sebelumnya mewakili wilayah Oseania.

Warga Asia menumpukan harapan mereka kepada Korsel dan Jepang, dua wakil reguler di ajang Piala Dunia dan pernah menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2002. Namun demikian, Korea Utara juga diyakini bisa menjadi kuda hitam.

"Perkembangan sepakbola Asia cukup pesat. Sejak 2002, negara-negara seperti Jepang dan Korsel mulai merepotkan tim-tim dari Eropa dan Amerika," kata pengamat bola Jacksen Ferreira Tiago yang juga pelatih Persipura Jayapura.

Taeguk Warriors

Korsel untuk ketujuh kalinya berturut-turut tampil di pesta bola sejagat ini. Tergabung di Grup B Zona Asia, Taeguk Warriors tampil sangat impresif. Dari delapan pertandingan yang dilalui, Tim Ginseng tak terkalahkan. Mereka keluar sebagai juara grup, di atas seteru utamanya, Korea Utara, yang juga meraih tiket ke Afrika Selatan.

"Korsel main dengan organisasi pertahanan dan menyerang yang sangat baik. Meski tidak ditunjang individu berkualitas dunia, mereka mampu memanfaatkan kelebihan yang mereka miliki," kata Rahmad Darmawan, pengamat bola sekaligus pelatih Sriwijaya FC.

Kiprah Korsel di Piala Dunia 2010 tak lepas dari peran sang kapten, Park Ji-sung. Gelandang Manchester United ini bukan hanya menjadi pemimpin, tapi juga inspirator bagi rekan-rekannya. Track record 89 kali penampilan (caps) dan menyarangkan 13 gol untuk tim nasional menunjukkan Ji-sung adalah salah satu ksatria Taeguk yang sangat berbahaya. Gol kedua yang dicetaknya, yang mengukuhkan kemenangan 2-0 Korsel atas juara Eropa 2004, Yunani, di laga pembuka Grup B menjadi bukti kemampuan pemain berusia 29 tahun ini.

Kunci kekuatan Korsel terletak pada awaknya yang bermain di berbagai liga Eropa. Lee Chung-yong (21 tahun) yang memperkuat klub Inggris, Bolton Wanderers, serta Park Chu-Young (24 tahun) yang bermain di klub Prancis, Monaco; merupakan pemain pilar yang diandalkan pelatih Huh Jung-moo.

Tak pernah di perhitungkan di Piala Dunia karena selalu langsung tersingkir di putaran pertama, Korsel memutarbalikkan ramalan ketika bersama Jepang menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002. Ahn Jung-hwan cs. berhasil menembus semifinal dan akhirnya menempati peringkat empat.

Di buku rekor Piala Dunia, Korsel pun mencatatkan diri sebagai negara tersukses dari benua Asia. Taeguk Warriors mengalahkan rekor tetangganya, Korea Utara, yang menembus perempat final pada Piala Dunia 1996 di Inggris.

Di Piala Dunia 2002, polesan pelatih bertangan dingin asal Belanda, Guus Hiddink, terbukti ampuh melumpuhkan beberapa negara yang dianggap lebih superior di pentas bola dunia.

Kejutan Korsel diawali saat menjuarai Grup D, setelah meraih dua kemenangan atas Polandia 2-0 dan Portugal 1-0, serta sekali menahan imbang Amerika Serikat 1-1. Di putaran kedua, "Macan Asia" membuat geger setelah menyingkirkan salah satu favorit juara, Italia, lewat pertarungan dramatis.

Sempat tertinggal 0-1 lewat gol Christian Vieri di menit ke-17, Korsel yang tampil penuh semangat bisa membalas saat pertandingan tersisa satu menit. Skor 1-1 membuat pertandingan harus dilanjutkan dengan perpanjangan waktu 2 x 15 menit. Sampai paruh pertama babak ini, tak ada gol tercipta. Ketika paruh kedua tersisa tiga menit, dan pemenang diprediksi akan ditentukan lewat adu penalti, Korsel menghentak dunia ketika bola sundulan Ahn Jung-hwan mengoyak jala gawang Gianluigi Buffon. Gol pada menit ke-117 ini mengirim Korsel ke perempat final, sekaligus menyingkirkan Gli Azzurri yang bermaterikan pemain-pemain top Eropa.

Kejutan Korsel tak berhenti di situ. Di babak delapan besar, lagi-lagi Tim Ginseng menahan salah satu tim favorit, Spanyol. Meski telah diperpanjang 2x15 menit, Korsel membendung serangan Spanyol sehingga pertandingan berakhir 0-0. Pemenang harus ditentukan lewat adu penalti. Dalam drama menegangkan ini, Korsel yang habis-habisan didukung sekitar 42 ribu suporter, menggusur El Matador dengan skor 5-3 dan meraih tiket ke semifinal.

Sayang, di babak empat besar Korsel tak sanggup melumpuhkan kedigdayaan Tim Panser, Jerman. Sempat menahan imbang tanpa gol selama 45 menit pertama, gawang Korsel akhirnya dibobol Michael Ballack di menit ke-74. Taeguk Warriors bertekuk lutut, 0-1.

Empat tahun berselang, Korsel datang ke Piala Dunia Jerman dengan ambisi ingin mengulang sejarah 2002. Namun, racikan Dick Advocaat rupanya tak semanjur kompatriotnya, Hiddink. Korsel bahkan gagal melewati babak penyisihan grup. Sempat menang 2-1 melawan Togo, Korsel hanya mampu bermain imbang 1-1 melawan Prancis, sebelum ditaklukkan Swiss 0-2.

Setelah itu, Korsel terus berbenah.

Mereka merekrut pelatih asal Belanda, Pim Verbeek. Dinilai gagal, Korsel menunjuk pelatih domestik yang pernah tiga kali menangani tim nasional, Huh Jung-Moo. Di bawah kendali Huh, Korsel tampil mempesona.

Di babak kualifikasi Zona Asia, Ksatria Taeguk menjadi yang terbaik ketika bersaing dengan Korut, Arab Saudi, Iran dan Uni Emirat Arab. Korsel tak terkalahkan. Dari delapan pertandingan, Park Ji-sung cs merebut empat kemenangan dan sisanya berakhir imbang. Alhasil, Korsel menjadi juara grup dan meraih tiket ke Afrika Selatan.

Bagaimana peluang Korsel di Afrika Selatan?

Dengan materi yang dimiliki, Korsel kembali berpotensi membuat kejutan, minimal lolos dari penyisihan Grup B. Ujian pertama telah dilewati Korsel dengan menaklukkan Yunani 2-0 pada12 Juni. Sayang, Korsel seperti demam panggung saat ditekuk Argentina 1-4 lima hari kemudian. Taeguk Warriors harus menentukan nasib di laga terakhir melawan Nigeria untuk lolos dari penyisihan grup.

Bintang Baru Negeri Matahari

Sejak memulai debut di Piala Dunia 1998 Prancis, Jepang tak pernah absen di panggung Piala Dunia. Kiprah Samurai Biru juga tertolong oleh posisi mereka sebagai tuan rumah Piala Dunia 2002.

Di Piala Dunia 1998, Jepang tak berkutik. Mereka kalah beruntun dari Argentina 0-1, Kroasia 0-1 dan Jamaika 1-2. Saat menjadi tuan rumah 2002, Nippon menuai hasil lebih baik. Mereka lolos ke babak II setelah menahan Belgia 2-2, mengalahkan Rusia 1-0 dan Tunisia 2-0. Sayang, langkah Jepang dihentikan Turki 1-0 di babak 16 besar.

Di Jerman 2006, Jepang gagal lolos dari babak penyisihan grup. Mereka kalah 1–3 dari Australia, seri 0–0 Kroasia, serta keok 1–4 dari Brasil.

Tim Matahari Terbit menuju Afrika Selatan dengan grafik yang turun naik. Untuk sementara, tekanan ke arah pelatih Takeshi Okada sedikit berkurang setelah Samurai Biru menumbangkan tim kuat Afrika, Kamerun, 1-0 berkat gol Keisuke Honda. Konon sebelum pertandingan, pelatih yang juga memimpin Jepang di Piala Dunia 1998 ini menerima petisi berisi 1.000 tanda tangan yang menuntut ia dipecat.

Beruntung lah Okada punya Keisuke Honda, pemain kelahiran Settsu, Osaka, 24 tahun yang lalu. Honda kini menjadi buah bibir di Jepang. Striker klub raksasa Rusia, CSKA Moscow, ini mengalahkan pamor Shunsuke Nakamura, pahlawan Samurai Biru sebelumnya yang sudah mulai menua.

Striker setinggi 182 cm ini dibajak CSKA dari klub asal Belanda, VVV-Venio, akhir Desember 2009 lalu. Mencetak 21 gol untuk VVV, Honda dipuja fans yang menjulukinya Keizer Honda. Honda mengawali karir profesionalnya di klub Jepang, Nagoya Grampus Eight, sejak 2005. Bersama tim nasional Jepang, Honda telah tampil di 13 pertandingan dengan koleksi lima gol, termasuk yang dilesakkannya ke gawang Kamerun itu.

Lari yang cepat, sentuhan mematikan, serta naluri tajam mencetak gol membuat gerak Honda ditakuti bek manapun. Apalagi, Honda juga piawai mengeksekusi free-kicks dan set pieces.

Tahun lalu, kiprah Honda dipantau beberapa klub Liga Inggris (Premier League). Liverpool dan Everton nyaris membawanya ke Inggris. Demikian pula beberapa klub Belanda, PSV Eindhoven, Feyenoord dan Ajax Amsterdam, sempat menyodorkan tawaran. Tapi Honda akhirnya menjatuhkan pilihan kepada CSKA Moscow.

Sejak Hidetoshi Nakata pensiun Jepang tak punya lagi pemain idola. Dan kerinduan publik itu dijawab Honda yang dijuluki Bintang dari Negeri Matahari Terbit.

Di Afrika Selatan, Jepang telah melewati ujian pertama dengan menaklukkan Kamerun 1-0. Samurai Biru masih harus beradu nasib dengan Denmark di laga berikutnya pada 25 Juni.

Chollima

Tak ada tim semisterius Korea Utara di Piala Dunia 2010. Ditakuti akan menciptakan banyak kejutan, tak banyak yang bisa diketahui dari skuad asuhan Kim Jong-hun ini. Satu-satunya petunjuk adalah mereka berada di peringkat 104 FIFA dan hasil di babak kualifikasi Asia yang menjanjikan.

Di tengah hiruk pikuk terompet vuvuzela, di Piala Dunia 2010 Korut tampil dengan wajah lain. Selama 44 tahun terakhir, capaian terbesar tim berjuluk Chollima ini adalah saat memulai debut mereka di Piala Dunia 1996 di Inggris. Saat itu, mereka menerobos perempat final setelah menghempaskan Italia 1-0. Sayang, di babak selanjutnya Korut ditekuk Portugal 3-5.

Sejak menjuarai Asian Games 1978, kiprah Korut di pentas sepak bola dunia dipenuhi kisah menyedihkan. Mulai dari terkena diskualifikasi, aksi boikot, hingga pembekuan keanggotaan oleh FIFA. Sejak itu Korut seperti menghilang dari peta sepakbola dunia.

Di Afrika Selatan, kekuatan skuad Kim Jong-hun sulit ditebak lawan. Tengok saja taktik gila Kim yang satu ini. Di lis pemain, ia mendaftarkan penyerang klub Amrokgang, Kim Myong Won (27 tahun), sebagai kiper. Ini bukan salah ketik. Jong-hun sengaja melakukannya dengan alasan untuk menambah daya serang tim. Dikecam sebagai kebodohan, Jong-hun tak ambil pusing.

Korut menjawab segala keraguan ketika hanya kalah 1-2 dari juara dunia lima kali Brasil di laga pembuka, 16 Juni. Meski berat, peluang Korut membuat kejutan bukan tak ada. Mereka akan menjajal kekuatan Portugal dan Pantai Gading di babak penyisihan.

Yang sedikit terang adalah riwayat ujung tombak Jong Tae-se. Striker andalan ini sejatinya tak pernah tinggal di Korut. Ia lahir di Jepang dan tinggal di Nagoya dengan segala kebebasan seperti layaknya pemuda 26 tahun.

"Dia sudah seperti orang Jepang, tapi bukan orang Jepang. Dia pemain nasional Korea Utara yang tinggal di Jepang," tutur teman dekat Jong, seperti dikutip Chron.

Jong menjadi target man dalam formasi 4-4-1-1 yang jadi favorit pelatih Kim Jong-hun. “Saya ingin mencetak gol di setiap pertandingan,“ ujar Jong. “Kalau Kim Jong-il puas, itu akan jadi kehormatan buat saya.”

Peluang untuk itu bukan tak ada, terlebih jika melihat penyerang klub Jepang, Kawasaki Frontale, ini telah mencetak 15 gol dalam 22 laga bersama Chollima.

Di arena politik, Korut memang terisolasi. Tapi di lapangan sepakbola, Pyongyang bersikap relatif terbuka. Selain Jong, tiga pemain lain baru-baru ini direkrut tim-tim di liga utama China. “Korea Utara menyadari, mereka hanya bisa maju jika pemainnya pergi ke liga lain,“ ujar seorang investor Swiss yang kini aktif di liga Korut kepada harian Jerman, Die Welt. Dia bahkan percaya, “serdadu bola” Kim Jong-il tak lama lagi akan merumput di Eropa.

Sepakbola terbukti mampu menjadi senjata diplomasi yang bagus untuk menampilkan sisi positif Korut--negeri yang diduga mengurung 200 ribu warganya di kamp konsentrasi dan gencar mengeksekusi mati musuh-musuh politik rezim yang berkuasa. Prestasi mereka bersinar di arena sepakbola dunia. Tim U-20 mampu menjadi juara dunia 2006, dan tim U-17 Korut menjadi juara dunia 2008.

Sayang, warga Korut sendiri tak bisa menikmati laga tim kesayangan mereka. Pyongyang melarang keras warganya untuk menonton Piala Dunia. Untuk menyemangati Chollima di Afrika Selatan, Korut memilih mengirim seribu suporter dari China. (kd)

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar