Senin, 21 Februari 2011
Makam Gus Dur Ambles, Kafan Masih Putih Bersih
Akibat guyuran hujan deras tiga hari berturut-turut, makam mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, ambles. Yang mengagetkan, kain kafan yang membungkus jasad Gus Dur masih utuh dan putih, sehingga diduga jasad cucu pendiri NU itu juga masih utuh.
Hasan, seorang penjaga pos utama Ponpes Tebuireng, menyatakan peristiwa itu terjadi Selasa (15/2). Dia mengaku ikut menutupi lubang makam Gus Dur yang ambles dengan pasir dan tanah.
Di bawah guyuran hujan deras, dia mengaku bersama empat orang, termasuk Zainul, anaknya, melihat sesuatu yang ganjil. “Kami melihat kain kafan Gus Dur masih terlihat putih. Tetapi saya tidak berani cerita, bukan wewenang saya,” kata Hasan, Jumat (18/2).
Zainul, petugas keamanan pondok mengatakan, amblesnya makam Gus Dur terjadi siang hari saat pengunjung makam Gus Dur lumayan banyak.
Kejadian itu pun membuat penghuni ponpes kelabakan. Mereka ramai-ramai melihat kejadian tersebut. Sebuah lubang akibat gerusan air menganga sehingga menampakkan kain kafan pembungkus tubuh tokoh yang dikenal dengan berbagai anekdotnya ini. “Subhanallah, kain kafan Gus Dur masih utuh. Putih bersih seperti baru,” kata Zainul, Jumat (18/2).
Diungkapkan, kejadian itu pertama diketahui Waldi. “Namanya Pak Waldi, pedagang asongan yang biasa menjajakan VCD tentang Gus Dur,” imbuh Zainul.
Menurut Zainul, Waldi melaporkan kejadian itu kepadanya yang saat itu kebetulan berjaga di pos utara (pos pintu keluar masuk peziarah). Zainul pun segera menuju areal makam.
Selanjutnya, bersama beberapa orang dia menguruk lubang di makam itu dengan pasir dan tanah. Sementara penjaga dan pengurus pondok langsung membuat barisan menutupi lubang di pusara Gus Dur. Hal ini agar peziarah tak sampai mengambil gambar. Kabar itu sendiri terkesan disembunyikan oleh pengurus pondok lainnya.
Pengasuh Ponpes Tebuireng KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) membenarkan kejadian itu. Menurut adik Gus Dur ini, amblesan ini merupakan kali sekian mengingat makam itu masih berupa tanah, belum dilakukan pengkijingan (dicor). “Hujan sangat lebat, tanahnya ambles, biasa,” kata Gus Sholah ketika dihubungi, Jumat (18/2).
Pasca amblesnya makam Gus Dur, keluarga besar mantan Ketua Umum PBNU itu menggelar rapat di Jakarta. Sholahul Am Notobuwono (Gus A’am), anggota keluarga Bani Hasyim membenarkan fenomena itu sedang dibahas dalam keluarga besar Bani Hasyim. “Sekarang saya lagi di Jakarta dan keluarga besar sedang membahas masalah amblesnya makam Gus Dur,” terang Gus A’am, saat dihubungi via ponsel, Jumat (18/2) sore.
Ketua PC GP Ansor Jombang ini menginformasikan peristiwa amblesnya makam Gus Dur sengaja disembunyikan guna mencegah makin membludaknya peziarah ke makam cucu pendiri NU, KH Hasyim Asyari itu.
Terkait amblesnya makam Gus Dur, menurut Gus A’am, sebenarnya telah direspons langsung oleh dua putri Gus Dur, dengan mengunjungi makam ayahandanya itu, Selasa (15/2) malam. Kedua putri Gus Dur yang ke Tebuireng itu Inayah dan Alissa Qotrunnada. “Mereka datang hanya beberapa jam setelah makam ambles,” kata A’am.
Pengurus Ponpes Tebuireng Lukman Hakim membenarkan makam Gus Dur ambles, Selasa (15/2) lalu. “Yang saya tahu, itu terjadi Selasa, 15 Februari 2011 bertepatan Maulid Nabi,” kata Lukman, Jumat (18/2) sore. Saat itu peziarah membludak dan hujan turun cukup deras.
Amblesnya makam, menurut Lukman, karena air yang jatuh dari atap pendopo makam yang terus-menerus menggerus tanah di atas pusara. “Padahal, tanah urukan Gus Dur itu tidak dilakukan pemadatan karena tidak ada yang berani melakukannya. Karena kepadatan tanah urukan kurang, maka saat tergerus air terus-menerus menjadikan makam ambles,” kata Lukman.
Tapi dia tegas membantah jika amblesnya makam membuat jasad Gus Dur terlihat. “Kafannya saja tidak kelihatan, apalagi jasadnya,” tegas Lukman.
Disinggung adanya saksi mata mengaku melihat hal itu, Lukman bersikukuh itu tidak benar. “Itu bohong, yang ngomong begitu jelas bohong,” kata Lukman.
Yang jelas, untuk mengantisipasi terulangnya kejadian itu, makam Gus Dur kini dikelilingi tembok penahan sepanjang 11 meter, lebar 2,5 meter, dan tinggi sekitar 15 sentimeter. Proses pengerjaan hingga kemarin sore baru selesai 50 persen. “Ini agar air yang jatuh dari atap pendopo tidak langsung menggerus makam Gus Dur,” kata Lukman.
Bukti Kewalian
Kabar amblesnya makam Gus Dur dan memperlihatkan kain kafan yang masih putih bersih ditanggapi beragam. Munasir Huda, warga Desa Cukir, Kecamatan Diwek menyatakan fenomena seperti itu sangat mungkin terjadi pada Gus Dur. “Itu menunjukkan sifat kewalian Gus Dur,” kata Munasir Huda, Direktur LSM Alharaka.
“Kami mendengar jika jasad mendiang Gus Dur tidak hanya itu, malah saat ambles, tampak sinar muncul dari dalam tanah yang memancar dari jasad beliau,” tutur Munasir Huda.
Huda meyakini, fenomena itu bisa terjadi pada Gus Dur, yang wafat pada 30 Desember 2009. Sebab, sepak terjang dan perjuangan Gus Dur selama ini menunjukkan dirinya dekat dengan sifat wali. “Apalagi kejadian amblesnya makam hingga terlihatnya jasad Gus Dur yang masih utuh itu bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi. Allah itu Maha Besar. Kalau Allah berkehendak, apa yang tidak mungkin bisa terjadi. Ini menunjukkan sifat kewalian Gus Dur kian kentara,” katanya.
Ketua MUI Jombang KH Cholil Dahlan menyatakan, fenomena jasad utuh setelah dimakamkan bertahun-tahun bukan hal aneh. Sebab, dalam hadis antara lain sudah dinyatakan, Allah akan menjaga jasad orang tertentu dari dimakan tanah.
Orang-orang khusus atau tertentu itu, menurut KH Kholil, ciri-cirinya antara lain jasad orang yang hapal Alquran, sekaligus menjaga amalannya sesuai nilai-nilai Alquran itu.
“Sangat mungkin karena Gus Dur dikenal istikomah (konsisten) dalam menjalankan syariat Islam. Istikomah melakukan amalan sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran,” dalih KH Kholil.
Fenomena ini, menurutnya, akan memberikan pelajaran kepada yang hidup agar menjalankan amalan yang sesuai nilai-nilai Alquran.
Ahli Geologi Jogjakarta Agus Hendratno pernah menyatakan, dari teori geologi, bisa saja jasad yang dikubur akan tetap utuh. Penyebabnya mungkin saja di dalam tanah tidak terdapat hewan organik yang bisa mengubah jasad manusia, seperti kulit dan daging menjadi tanah.
“Sebenarnya peristiwa utuhnya jenazah masuk lebih kepada urusan spiritual. Tapi kalau mau dikaitkan dalam teori geologi, bisa saja di liang lahat itu tidak terdapat hewan organik,” urainya.
KH Said Budairy pernah membahas jasad yang diketahui masih utuh walau sudah meninggal beberapa tahun. Menurutnya, jasad itu dilindungi Allah. “Biasanya yang jasadnya seperti itu adalah orang-orang yang hafidz (hapal) Alquran dan alim,” jelasnya.
Sekadar diketahui, peristiwa jasad utuh tidak hanya dialami oleh Gus Dur. Agustus 2009, warga Tangerang dikagetkan ketika menyaksikan jasad Kiai Abdullah Mukmin masih utuh. Padahal usia jasad sudah 26 tahun. Kiai Abdullah adalah guru agama. Pada tahun 1950-an, setelah belajar di Darul Ulum, dia ke Makkah selama 25 tahun.
Peristiwa sama terjadi di Banjarmasin September 2009. Saat itu makam Murah bin Jamil dibongkar untuk dipindahkan. Pihak keluarga kaget, kondisi rangka, kulit, daging rambut dan gigi masih tetap terpasang. Padahal Murah bin Jamil telah meninggal 8 tahun sebelumnya.
“Beliau dikenal orang yang sederhana, baik hati dan perhatian dengan keluarga. Bahkan, beliau sayang dengan masyarakat sekitar,” kata seorang anggota keluarga, waktu itu.
Di Pekalongan, ada jasad dikubur lebih dari 30 tahun masih utuh. Bahkan kain kafan dan talinya tak rapuh. Sayangnya, warga tidak mengetahui nama dan ahli waris dari jenazah itu.|surya|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar