Kamis, 10 Februari 2011
Ini Lho Bakteri Enterobacter Sakazakii Itu
Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengklarifikasi dan mengumumkan perihal cemaran bakteri Enterobacter sakazakii (E. sakazakii) dalam susu formula anak-anak dan makanan bayi.
Berdasarkan hasil penelitian IPB terhadap 74 sampel susu formula, 13,5 persen di antaranya mengandung bakteri berbahaya tersebut. Penelitian sendiri telah dilakukan pada 2008 silam, tetapi ketiga pihak tersebut tidak bersedia mengumumkan.
Untuk sekedar kembali mengingatkan mari simak penjelasani Dr Widodo Judarwanto SpA yang mengulas informasi mengenai bakteri Enterobacter Sakazakii. Apakah cemaran bakteri ini berbahaya pada bayi atau anak? Dan bagaiamana hal itu bisa terjadi?
Gejala keracunan yang ditimbulkan oleh susu formula bayi tidak disebabkan oleh komponen biokimia atau bahan yang terkandung di dalamnya. Manusia dapat mengalami gejala keracunan karena susu tersebut telah terkontaminasi oleh bakteri. Susu dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri, karena di dalamnya terdapat komponen biokimia yang juga diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang.
Selain E. sakazakii, bakteri lain yang sering mengkontaminasi susu formula adalah Clostridium botulinu, Citrobacter freundii, Leuconostoc mesenteroides Escherichia coli Salmonella agona, Salmonella anatum, Salmonella bredeney, Salmonella ealing, Salmonella Virchow, Serratia marcescens, Salmonella isangi dan berbagai jenis salmonella lainnya.
E. sakazakii pertamakali ditemukan pada tahun 1958 pada 78 kasus bayi dengan infeksi meningitis. Sejauh ini juga dilaporkan beberapa kasus yang serupa pada beberapa Negara. Meskipun bakteri ini dapat menginfeksi pada segala usia tetapi resiko terbesar terkena adalah usia bayi. Peningkatan kasus yang besar di laporkan terjadi di bagian Neonatal Intensive Care Units (NICUs) beberapa rumah sakit di Inggris, Belanda, Amerika dan Kanada.
Di Amerika Serikat angka kejadian infeksi E. sakazakii yang pernah dilaporkan adalah 1 per 100 000 bayi. Terjadi peningkatan angka kejadian menjadi 9.4 per 100 000 pada bayi dengan berat lahir sangat rendah|kompas|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar