Senin, 04 April 2011

Jamur Raksasa Gegerkan Warga Lumajang


Penemuan jamur ajaib di Watu Lumpang, Desa Jogosari Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang menggegerkan. Rumah Markayi, 40 tahun, warga Dusun Kampung Baru Desa Jugosari, penemu jamur ajaib itu, hingga Rabu (30/3) siang ini banyak dikunjungi warga dari luar desanya untuk sekedar melihat wujud jamur ajaib itu.

Pantauan Tempo di rumah Markayi, bentuk jamur itu sama dengan jamur-jamur lainnya. Hanya ukurannya yang tidak lazim. Jamur yang ditemukan pada Selasa (22/3) pekan lalu itu memiliki batang berdiameter 20 sentimeter. Sedangkan bagian atas jamur berdiameter sekitar 60 sentimeter atau sepelukan tangan orang dewasa.

Warga sekitar akrab menyebutnya sebagai Jamur Barat yang bisa dimakan. Hingga sembilan hari sejak ditemukan, jamur ini tidak membusuk. “Biasanya jamur lain, satu hari saja sudah membusuk,” kata Tumina, 35 tahun, istri Markayi kepada wartawan di rumahnya.

Jamur ini dari hari ke hari semakin besar. Kini, jamur itu ditanam di pot plastik dan dipajang di meja di dalam rumahnya. Di dekat jamur tersebut juga dipasang sajadah. Di atas jamur sudah terlihat beberapa uang kertas pecahan seribu hingga lima ribu.

Tumina mengatakan, ketika baru diambil dari Watu Lumpang, ukuran jamur ini masih lebih kecil dari sekarang. “Saat baru diambil, masih sebesar piring makan dan ukuran batang separuh dari ukuran sekarang,” katanya.

Jamur tersebut ditemukan saat suaminya berangkat untuk menderes air nira untuk dibuat gula merah. Marhayi kemudian membawanya pulang ke rumah. Anehnya, pada malam hari Marhayi mimpi bertemu dengan dua pasang orang tua. “Dalam mimpinya kedua orang tua tersebut minta sajadah untuk sembahyang,” katanya. Karena itulah, Marhayi kemudian meletakkan sajadah di dekat jamur.

Warga sekitar, kata Tumina, menyatakan kalau jamur itu jamur ajaib. “Jamur ini tidak boleh diperlakukan dengan seenaknya,” katanya. Suaminya sendiri, lanjut Tumina, tidak merasakan firasat apa pun sebelum menemukan jamur tersebut.
Hanya, Tumina sempat marah dengan suaminya ketika membawa jamur itu pulang ke rumah. Dia khawatir keberadaan jamur itu akan membawa petaka pada keluarganya.

Sejak jamur itu dibawa pulang ke rumah, kata Tumina, banyak orang datang berduyun-duyun ke rumahnya. Beberapa orang di antaranya meletakkan uang kertas pecahan di atas jamur tersebut. Dia mengatakan, dua orang warga setempat sempat sakit karena telah memperlakukan jamur ini dengan seenaknya.

Tiari dan Jungrejo, warga setempat, mengaku badannya ngilu-ngilu setelah berniat untuk memakan jamur tersebut. |tempointeraktif|

Tidak ada komentar:

Posting Komentar