Gedung Parlemen Chile
Penolakan rencana pembangunan gedung baru DPR semakin menguat. Tak hanya soal anggaran yang mendulang langit, tapi desain gedung baru DPR itu diduga bermasalah.Desain gedung baru berbentuk huruf 'N” diduga mencontek Gedung Parlemen Chile. “ Saya membayangkan tiba-tiba ada perwakilan Chile mempersoalkan hal ini” kata Sebastian Salang, Koordinator Forum Masyarakat Pecinta Parlemen Indonesia (Formappi) di Jakarta, Rabu 30 Maret 2011.
Karenanya, Sebastian mengaku heran kenapa DPR begitu ngotot membangun gedung baru. “ Betapa malunya bangsa ini karena gedung publik itu mencontek gedung parlemen mereka," ujar Sebastian.
Rencana desain bangunan yang dimaksud Sebastian ini memang mirip dengan Congreso Nacional di Valparaiso Chile alias Gedung Parlemen Chile.
Menurut arsitek senior dari Institut Teknologi Bandung Slamet Wirasonjaya, gedung kotak berlubang bagian tengah ini terinspirasi dari monumen yang terletak di kawasan distrik bisnis La Defense, Paris, kawasan barat Paris. “ Monumen ini sering disebut sebagai Arche de la Défense atau La Grande Arche.” kata Slamet.
Bangunan di Paris itu, menurut Wikipedia, adalah karya arsitek Denmark Johann Otto von Spreckelsen. Johan memenangkan kompetisi terbuka yang digelar atas inisiatif Presiden Perancis François Mitterand.
Johann yang hidup selama 1929-1987, merancang bangunan itu seperti pintu masuk Arc de Triomphe namun versi abad ke-20. Bangunan itu tak ubahnya monumen untuk kemanusiaan dan kejayaan militer.
Konstruksi monumen itu, dibangun pada 1982. Pada kedua sisi Arche diisi kantor pemerintah. Bagian atap, dimanfaatkan sebagai pusat pameran. Struktur vertikal gedung menjadi penopang lift. Struktur gedung itu pernah diceritakan hancur oleh serangga Kamarucas dalam film Godzilla: Final Wars, 2004.
Dari situ, menurut Slamet, bentuk gedung serupa berkembang lewat tangan arsitek yang mengidolakannya, termasuk untuk pembangunan gedung wakil rakyat Congreso Nacional di Valparaíso, Chile itu, dan mungkin arsitek gedung baru DPR. “Bisa jadi terinspirasi, terpengaruh, (gedung itu) menjadi sumber ide, dan referensi,” kata guru besar arsitek itu yang telah pensiun mengajar dalam percakapannya dengan Tempo, awal Februari lalu.
Menurutnya, perkembangan bentuk gedung seperti itu selanjutnya dinilai jelek. “Karena sudah terlalu usang bangunan itu, jadinya pasaran dan tidak ada nilai arsitekturnya,” kata Slamet.
Rancangan gedung baru DPR juga bisa bermasalah jika ada arsitek pembuat bangunan sejenis mempunyai hak cipta dan menggugatnya.
Untuk menyimpulkan arsitek gedung baru DPR menjiplak atau tidak, kata dia, perlu diteliti dan dihitung bentuk-bentuk bangunannya yang sama dengan gedung serupa, misalnya pada pilar atau cat. “Diubah sedikit saja, bisa disebut menjiplak,” katanya.
|tempointeraktif|
bagus sih desain nya, tp klo pake duit dari penindasan rakyat ya sama aja donk..!!
BalasHapus